HMI Geneologi Perkaderan dan Intelegensia

Lokakarya Perkaderan HMI
Lokakarya Perkaderan HMI

OPINI – TIDAK MUDAH memahami aspek Geneologi Perkaderan dan membedah jejak anatomi Intelegensia HMI, selain harus bisa memformulasi dan memotret secara utuh dari sekian faktor yang melatari kelahiran HMI maupun jejak perjalanan HMI itu swndiri.

Agus Salim Sitompul, sejarawan HMI mencatat, ada 3 hal penting yang mempengaruhi kelahiran HMI; 1. Adanya factor sinkritisme theologi yang memasung tauhid, keyakinan umat islam, sehingga tauhid tidak memiliki daya ledak, atau memperlemah gerakan umat islam. 2. Gaya hidup kaum muda muslim, mahasiswa islam yang pragmatis, hedonist individualist. 3. Belanda akan kembali melanjutkan kolonialisasinya di ntanah air setelah Jepang kalah dlm perang dunia ke dua.

Bacaan Lainnya

Selain itu saya ingin memperkaya khazanah pemahaman kita dengan memberikan catatan tambahan terkait beberapa alasan lain, selain yang sudah ditulis Agus Salim Sitompul tersebut di atas: 1. Hilangnya 7 kata dlm Piagam Jakarta yang sudah disepakati oleh Tim 9 BPUPKI, yaitu “kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknyanya. Hilangnya 7 kata dlm piagam Jakarta merupakan pukulan berat bagi para perumus, kaŕena dianggap tidak konsisten. Dan Allah sangat murka kepada mereka yang tidak sanggup menegakan sikap konsistensi. Para perumus adalah kaum inteleginsia muslim merasa malu dan kehilangan kehormatan dihadapan sejarah umat. 2) Hilangnya tradisi kritisism dan progresivitas pada kaum muda intelegensia dan mahasiswa islam, setelah para mantan activis JIB (Jong Islamitien Bond) dan CIS (Islamic Study Club) terserap dlm politik masyumi dan kekuasaan, akhir lupa melakukan kaderisasi intelegensia bagi kaum muda muslim.

Lokakarya Perkaderan HMI - MHR
Lokakarya Perkaderan HMI – MHR

Dawam Rahardjo dlm bukunya “Intelectual Intelegensia Dan Prilaku Politik Bangsa (Mizan hal 13) mengutip pendapat Herry J Benda seorang sarjan Amerika yang pernah melakukan penelitian di Indonesia. Menurut Harry J Benda, bahwa perubahan yang revolusioner di Asia, Afrika dan Timur Tengah sejak awal abad ke 20 sangat dipengaruhi oleh peradaban Barat, yaitu westernism modernism, liberalism, individualism, kapitalism. Memahami pandangan Harry J Benda, maka saya kira cukup beralasan kalau kelahiran HMI juga didorong faktor atau bahaya dari modernisme, liberalism, kapitalism yang selalu menginvasi dan menghegemoni negara berkembang.

Dengan potret yang terformulasi tentang faktor faktor yang melatari kelahiran HMI di kampus Sekolahh Tinggi Islam (STI) Yogyakarta 5 februari 1947, dengan tujuan mempertahankan wilayah kedaulatan Indonesia dari invasi dan ekspansi emperialisme asing, dan menegakan siar islam. Dari aspkes socioso historis itu para pendiri HMI berikhtiar meletakan dimensi perkaderan menjadi aspek unggulan dan terpenting bagi HMI di dalam mempelopori gerakan perubahan sejarah peradaban umat manusia di masa depan. Tidak ada jalan lain untuk menjawab latar kelahiran HMI, serta jalan mencapai tujuan HMI, selain jalan perkaderan.

Olehnya sejak awal kehadiran HMI telah menempatkan dirinya sebagai organisasi yang mengarus utamakan gerakan perkaderan. Institusi perkaderan menjadi piranti perjuangan yang paling strategis, karena dari sini proses menggambeleng, mencetak watak intelegencia kader HMI yang berdasarkan nilai nilai, yang pada saatnya dapat berperan sebagai actor ideologis dalam menggerakan arus perubahan.

Apa itu kader ? Saya ingin menawarkan satu definisi Kader. KADER ialah
Segelintir orang yang terseleksi terdidik, terpelajar, memiliki komitmen ang kuat pada visi dan misi HMI, serta loyal dan militan mengawal organisasi untuk mencapai tujuan.

Maka semua aspek “keber HMI an” adalah bermakna sebagai kaderisasi. Proses kaderisasi untuk membentuk totalitas kualitas kader. Semua rangkaian activitas seperti LK1, LKK LK2 dan LK3, dari Kepengurusan di level komisariat, Korkom, Cabang, Badko, PB, maupun semua bentuk training informal, kepanitiaan, CI, SC, begitu juga semua proses pengambil keputusan di HMI seperti Rapat Angggota Komisariat (RAK) Musyawarah Pimpinan Komisariat, Konferensi Cabang, Musawarah Daerah, Kongres, termasuk keseluruhan kegiatan kepanitiaan, semua proses itu difahami sebagai proses kaderisasi. Dimana semua rangkaian activistas itu merupakan mata rantai yang sistemik, yang saling terkait antara satu dengan yang lain tidak saling terpisahkan. Rangkaian proses itu dimaksudkan untuk membentuk kualitas, karacter, etitude sesosok sejatinya kader HMI. Di mana output dari totalitas proses perkaderan yang demikian itu, akan mentransformasi energi kader HMI sebagai ruh sekaligus sebagai bingkai yang menyatukan agama dan bangsa, juga ke Islaman dan KeIndonesiaan kita.

Untuk itu proses mengolah training HMI adalah untuk mentransformasi kesadaran genetik anak umat dan anak bangsa menjadi sejatinya kader yang berkualitas dan berintegrity. Terkait dengan hal itu, saya ingin membayangkan, atau menganalogikan bahwa proses training yang berdimensi tranformatif dan berintegrity itu, dg dua analogi.

Pertama, saya membayangkan training itu seperti halnya seorang Ibu yang membuat sambal. Bahan yang diperlukan untuk membuat sambal itu terdiri dari, cabe, berambang merah, berambang putih, terasi, tomat, laos, kemangi, garam, lada, daun salam, serre dll. Semua unsur yang diperlukan itu lalu dimasukan ke dldm blender. Blender bergerak sampai beberapa kali. Maka jadilah sambal yang sdh berubah bentuk, sifat, zat dan rasa dari sebelumnya. Analogi ini memberikan pesan pada kader HMI, bahwa proses internalisasi selama di HMI harus melahirkan persenyawaan yang dinamis antar sesama kader HMI. Persenyawaan itu menjadikan kader HMI sebagi energi yang terbarukan berdaya ledak, yang menentukan arah sejarah peradaban bangsa. Dengan begitu HMI yang akan mengendalikan dan menentukan corak arah jalan sejarah bangsa.

Analogi yang kedua,
Institusi training itu seperti halnya keberadaan Muhammad bin Abdullah berada dia gua hiro. Muhammad datang ke gua hiro membawa masalah theo social yang menghimpit dan menyelimuti kehidupan social ekonomi dan sosial budaya masyarakat Makkah dan sekitarnya. 1). Monopoli harta kekayaan oleh segelintir orang, 2). Mengeksploitasi perbudakan untuk penguasaan kapital. 3) membunuh bayi perempuan dlm keadaan hidup untuk menjaga kelanggengan kekuasaan ekonomi. 4). Hal itu semua terjadi karena pangkalnya mereka menyembah berhala Lata dan Uzza, bukan Tuhan yang disembah oleh moyang mereka Nabi Ibrahim dan Ismail as.

Hal-hal yang demikian itulah yang menjadi problem fundamental Muhammad sebagai pewaris bani Hasyim. Saat Muhammad sedang bertafakkur itu, Malaikat Jibril alaihissalam datang bersimpuh di hadapan Muhammad memantulkan cahaya bagai menerangi gelapnya gua. Misi kedatangan Jibril menyampaikan wahyu yang berisi ajaran, metodelogi bagi Muhammad memecahkan masalah yang mendera peradaban kemanusiaan di lingkungan Muhammad.

Isi ajaran itu, yang termuat dlm surat al alaq ayat 1 – 5.
1. Iqra’ bismirobik
Alladzi kholoq
2. Kholaqol insana min alaq
3. Iqra’ warabbuka alakram
4. Alladzi allama bilqolam
5. Allama al insana ma lam ya’ lam.

Dengan lima ayat itu Muhammad mimiliki metode yang tepat untuk mengatasi problema kejahiliaan warga Makkah. Muhammad ditugaskan pertama kali memetakan persoalan yang menimpa kehidupan umat kota Mekkah, dan Muhamad diminta untuk mengembalikan iman umat kota makka pada Tauhid, menyembah Allah yang tunggal, Allah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan meninggalkan sembahan mereka, berhala lata dan uzzah. Inilah perintah atau risalah kenabian pertama yaitu mendoconstrucsi kekafiran dan kebodohan orang orang Mekkah untuk kembali ke jalan benar mengimani Allah al jalal wal mutakabbir. Dengan mengimani Allah SWT. Allah sebagai sumber kebebaran, pencitpa, dan maha guru ilmu pengatahuan.

Setelah wahyu pertama Ternyata Nabi muhammad pun masih gugup, belum conviden dg tugas kenabian itu, ia larut dalam pelukan isteri. Maka Datang lagi ajaran baru untuk membangun keberanian dan meluruskan kometmen kenabiannya. Ajaran itu tertuang dalam surat almudatsir.
Ya ayyahul mudatsir= wahai orang berselimut.
Qum faandzir= bangunlah dan berikan peringatan
Wa robbika fakabbir= dan besarkan nama Tuhanmu
Watsiabaka fathohir= maka sucikanlah pakianmu
Warrujza fahzur= tinggalkan segala perbuatan yang keji.

Bangkitlah wahi orang yang berselimat, sucikanlah dirimu dari segala ketakutan dan keraguan, dan besarkan Nama Tuhanmu.

Dari sini Nabi Muhammad mendapat tugas kerosulan, yaitu menegakan kalimat kebenaran sll dlm keadaan suci bathin, suci fikiran dan suci niat, sehingga tumbuh convidenci, kecerdasan dan keberanian untuk menyiarakan dan menda’wakan kebenaran kepada ummat penghuni dunia.

Makna atau pesan dari ayat tersebut bila diderivasi secara kontekstual, maka mengingat tugas seorang master, instruktur, pengelola training untuk sll melakuan pengawasan dan pembinaan kader pasca training. Proses ini sejatinya menjadi tanggung jawab para pengelola training sampai seorang kader betul berfungsi dan berpeean sejatinya sosok seorang kader.

Perkaderan merupakan instutusi pembelajaran, sedangkan gua, adalah tempat untuk mentransaksi tugas manusia pembawa misi ilayai, melanjutkan tugas profetic Muhammad. Training, wadah atau media, tempat untuk meneguhkan kembali mision kekholifahan yang diemban setiap manusia.

Sedangkan input rekrutmen kader HMI datang dari berbagai penjuru negeri, dari Merauke – Sabang dg latar budaya, latar faham keislaman yang beragam. Mereka memilih dan masuk ke ruang transformasi HMI, karena HMI organisasi kader yang bersifat independent, tidak beraviliasi kepada kekuatan politik dan ormas manapun. Selanjutnya mereka berproses secara sistemik di rumah perkaderan HMI dg pola dan format kerja secara institusional. Perkaderan HMI yang sifatnya berjenjang, sangat selectif, berfungsi mendeconstruksi watak primitif, localis, jahil, individual, menjadi muslimst, universalist, modernist yang berintegrity. Proses uraian inivpada gilirannya menjadi out put, sebagai activis (mujahid), intelectualism (mujtahid) dan ideolog (mujaddid).

Dari proses demikian ini, maka secara teologis maupun filosofis kaderisasi merupakan proses sadar, sistemik dan terencana guna bisa merubah atau membentuk kesadaran baru setiap orang untuk kembali pada dimensi fitrah manusia sejati.Training sebagai institusi yang akan meneguhkan kembali peran dan posisi manusia sebagai kholifah dan Hamba Allah. Kholifah berarti menjalani mission, yaitu menjadi representasi Allah, menempati posisi yang diberikan Allah, melaksanakan apa yang telah dimandatkan Allah, dg berpedoman pada kalam Allah, serta senantiasa meneladani metode gerak yang diperaktekan oleh Nabi Mohammad sebagai nabi dan rosul Allah. Maka sejatinya tugas Seorang kader ialah menjalani dan menjunjung tinggi mission kekholifahannya dan terus beruswah pada pengalaman Muhammad saw, yang berhasil menjalani tugas kenabian Muhammad.

Maka seorang kader HMI pertama dilakukan meneguhkan imannya kepada Allah dengan sebenar benarnya iman. Allah berfirman di surat al kahfi 13 – 14.
Nahnu naqussu alaika nabaahum bilhaq, innahum fityatun amanu birobbihim wazidnahum hudan. 13. Arobatna ala quluubihim, idz qoomuu faqooluu robbuna robussamawati wa alrad. Lannadu min dunihi ilahan laqod qulnaa idzan syathothan, 14.

Kami ceritakan padamu (Muhammad), kisah mereka dg sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka. QS alkahfi:13. Dan kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata, Tuhan kami adalah Tuhan semasta raya, Tuhan langit dan bumi, kami tidak akan menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran. QS al kahfi:14.

Pentingnya seorang kader HMI meneguhkan tauhid dalam diri, dan ketika tauhid telah menginstitusi menjadi karakter dan kesadaran gerakan kader HMI, maka ia akan memperoleh optimisme untuk merahi kebahagiaan, kemenangan dan kekuasaan. Karena semua itu janji Allah kepada semua orang mewakafkan diri berjihad di jalan Allah dan membela agama Allah. Membela dan memperjuangan ajaran tentang keadilan, kesetaraan, kesederajatan sosia, tidak ada diskriminasi dan saling menindas sesama, kemaslahatan public dan kebenaran untuk kepentingan manusia maka Allah akan menolong hidupnya.

Olehnya kesejatian eksistensial seorang kader HMI ia sll hadir di ruang public untuk menyuarakan hak hak umat, hak rakyat yang tertindas oleh kekuasaan yang maha kuasa. Bila HMI telah hadir dlm formulasi yang demikian sesungguhnya kader HMI sedang memerankan tugas intelegensia muslim.

JEJAK ANATOMIS INTELEGENSIA HMI

Geneologi intelegencia HMI kalau merujuk dlm tulisan Victor Tanja, bhw HMI hadir karena adanya kekosongan tradisi kritisism, intelectualism kaum intelegencia muslim yang semula dipelopori oleh Generasi JIB Jong Islamtien Bond dan SIC (Study Islamic Club). Generasi mewarisi peradaban ilmu, membangun tradisi dealectika kritis. Mereka diskusi soal islam, islam dan ummat, islam dan imperialisme, islam dan negara.

Dan salah satu polemik yang amat mensejarah dan menarik untuk dicatat oleh kader HMI, ialah polemik antara Natsir dan Soekarno tentang islam, nasionalisme dan negara. Perdebatan yang berkelas dan bermartabat. Perdebatan teori, filsafat, nilai dan etika yang dipertaruhkan untuk kehomatan dan wibawa negara. Perdebatan yang mengunggulkan kecerdasan moral intelectual antar anak bangsa yang mewakili alam fikiran dan mazhab politik di zamannya. (Baca Pak Ahmad Syafii Maarif dalam.Membumikan Islam hal 109 – 112) Generasi Cemerlang yang lahir dari rahim JIB dan SIC selain Pak Natsir, juga terdapat tokoh lain seperti Soekaiman, Yusuf Wibisono, Mr Moh Roem, Kasman Singodimejo, Prawoto, Syamsu Ridjal, Wiwoho adalah intelegencia muslim yang berlian, pena intelectual mereka sangat tajam namun mereka sangat dihargai oleh patner, bhw mereka generasi terdidik, tercershkan dan beintegritas. Mereka hasil didikan guru intelectual yang mashur, H. Agus Salim. Dan mereka kaum terceeahkan itu kemudian menjadi pelopor berdinya Republik Indonesia.

Gerakan Intelegencia muslim yang terlahir dari rahim HMI, patut di catat. Deliar Noer Generasi Nurcholish Majid, Kuntowijoyo, M. Amin Rais, Dawam Rahadjo, Ahmad Wahib, Ahmad Syafii Maarif. Imaduddin Abdurrahman, Endang Syaifuddin Anshory.

Cak Nur yang kemudian dikenal sebagai locomotif penarik gerbong Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam.Tulisan Cak Nur tentang keharusan pembaruan pemikiran islam, yang mencoba membongkar akar kemandulan dan kemandekan pemikiran yang telah lama membelenggu kehidupan sosial budaya umat. Olehnya diperlukan secularisasi, yaitu meruntuhkan hal yang berbau imanent dan syakral menjadi profan, yaitu menarik islam bersifat melangit menjadi pembumian atau membumikan ajaran islam. Gerakan Cak Nur boleh kita nilai sebagai kontinetas dari sinkritism theologi yang membelenggu umat, juga sekaligus membuka lembaran sejarah baru mengenai pandangan umat tentang islam yang senantiasa membawa perubahan atau modernitas.

Secara idelogis politis gerakan Cak Nur tentang perlunya pembaharuan ini dimaksudkan untuk memotong pandangan politik umat masa lalu untuk memasuki era baru politik Indonesia secara pasti tanpa kebimbangan menerima Orba Baru. Tentu gerakan cak Nur ini juga mengundang reaksi dan polimik yang panjang antara generasi Cak Nur dengan generasi seperti Pak HM Rosyidi.

Di Yogyakarta juga terjadi diskursus tentang berabagai isu modeenisasi agama dan hubungannya denga pembangunan negara, pada forum Limitid Study Grup. Diskusi yang dirancang Ahmad Wahib yang dipandu oleh Pak Mukti Ali selaku senior. Jejak forum kaum intelectual muda muslim Yogyakarta kemudian dibukukan oleh Johan Efendi berjudul Pergolakan Pikiran Islam.

Hasil Pembenihan dan Penumbuhan intectual dari rahim perkaderan HMI yang tumbuh di seluruh pelosok negeri. Mereka tumbuh menjadi tenaga acedemis di berbagai kampus, peneliti, activis LSM, politisi, dunia usaha, militer, memperkuat posis tawar masrakat di manapun kaum intelectual lulusan HMI berkiprah. Dan pada puncaknya karya karya kader HMI memberi potret baru wajah Indonesia. Tanpa dirasa sebaran kader HMI telah menjadi kekuatan yang menentukan arah bangsa, sejak Generasi 1960 – 1980 an, merekah yang menjadi motor yang menggerakan dan menghantarkan lahirnya Organisasi Islam yang terbesar di akhir kepemimpiana Pak Harto IKATAN CENDEKIAWAN MUSLIM Se Indonesia (ICMI) di kota Malang Desember 1990. Para mantan activis HMI membidangi kelahiran ICMI yang merubah wajah Peradaban Politik Indonesia. Kehadiran almuni HMI dlm ICMI merupakan proses mobilisasi elit dari anak anak umat untuk mengatur dan mengurus umat dan bangsa melalui instutusi negara.

Namun sayang riwayat keemasan politik anak anak umat ini berjalan singkat sesingkat usia kabinet BJ Habibie menjadi Presiden RI. Sabgat disayangkan BJ Habibie jatuh karena politisi Indonesia gagap menghahadpi tekanan Intenasional. Laporan Pertanggung jawaban BJ Habibi ditolak oleh dua Partai besar PDIP dan Golkar, yang dibacakan oleh dua kader HMI, Zulfan B Lindang mewaikili PDIP dan Priyo Budi Santoso mewakili Golkar. Pada hal mestinya mempertahankan BJ Habibie maka pasti jalan perubahan politik di tangan politis intelegiansa muslim akan terus berlangsung. Dengan berakhirnya BJ Habibie berakhirlah sejarah peradaban politik yang dipelopori intelegencia muslim alumnus HMI.

MENANTI SUARA KRITIS INTELEGENCIA HMI

Di mana Peran kritis HMI sebagai mesin pencetak kaum intelegencia muslim.? Begitu banyak masalah yang tengah terjadi, menunggu sentuhan logika,logos dan etika para kaum intelegensia muslim. Di mana suara kritismu wahai kader HMI ?

Setiap generasi memiliki zamannya, dan setiap zaman memiliki tantangan, dan setiap tantangan memiliki jawaban tersendiri. Apabila anda memberikan jawaban yang sama pada setiap tantangan, maka sesungguhnya anda telah mencitakan suatu kehancuran. (Arnold Toynbe). Senanda dg pandangan Arnold Toynbe, sejarawan kelahiran Inggris 14 apri 1889 – 22 oktober 1975, saya ingin menggaris bawahi dengan ayat Allah, pada surat al Ashar.

Wal ashar, inna alinsana lafie khushrin, illa allathyna amanu wa amila sholihien.

Demi masa waktu ashar, sesungguhnya manusia dlm keadaan merugi, kecuali orang beriman dan beramal sholeh. Orang yang mengimani pergantian waktu, setiap pergantian itu membawa implikasi pada perubahan kandungan kosmos. Apabila manusia bisa mengolah hukum pergantian waktu dan kandungan cosmos dg berbagai implikasinya maka dialah orang beruntung. Itulah jalan menuju sejarah baru.

Jadi tugas kaum intelegencia muslim, yaitu melakukan study mendalam tentang makna dan hakekat dari pergantian waktu antara malam dan siang, serta perubahan tata kosmos dan kosmik kita. Yaitu manusia harus menemukan apa yang paling substansif dari isi kandungan bumi serta segala isinya. Di bawah langit, di atas bumi maupun diantara langit dan bumi, serta di balik bumi, tedapat berlapis lapis energi, yang harus oleh kaum intelegensia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sanggupkah manusia mengeolah itu semua, dan memberikan manfat bagi kelangsungan hidup manusia. Kalau hal hal itu bisa dilakukan manusia, maka beruntunglah mereka.

Inna fie kholqissamawati wal ard, wakhtilafillai wannahar, laayatin liulil albab. Alladzina yadzkurunallaha qiyaman waqoudan waala junubihim wayatafakaruna fie kholqissama wati walard. Robbana ma kholta hadza bathila subhanaka faqina adzabannar. (QS Ali Imran190 – 191)

Ayat ini mengharuskan dan menugaskan kaum intelegencia untuk memahami makna penciptaan langit dan bumi serta segala isinya, maupun pergeseran waktu antara siang dan malam adalah pelajaran bagi para ahli fikir, ahli perubahan, cendekiawan. Sampai dimana seorang ahli fikir menemukan substansi atau hakekat penciptaan langit dan bumi serta segala isinya. Kemudian dia menyerahkan diri kepada Allah seraya mengatakan, Tuhan tidak sia sia Engkau mencipatakan semua ini. Maka jauhkan kami dari siksaan api neraka. Seorang intelegensi senantiasa menjadikan peristiwa cosmologis adalah ruang pembelajaran untuk mengambil manfaat bagi pembangunan peradaban umat manusia

INDONESIA negara dianugerahi Allah kekayaan sumber daya alam yang berlimpah ruah. Ada batu bara, sawit, rotan, emas, necel, tima, tembaga, baja, besi, uranium, minyak bumi, gas, sumber daya laut dan masih banyak lagi yang lain. Tapi apa yang terjadi dg kekayaan yang kita memiliki. Hari ini negeri ini sedang dlm proses invasi oleh negara tertentu. Terjadi berbagai anomali dan krisis besar nenimpa negeri ini. Bahkan rakyat pemilik kedaulatan negarapun gagal dilayani dan gagal diurus oleh penyelenggara negara.

Sistem penyelenggaraan negara yang makin carut marut, jauh dari etos kebenaran bernegara dan berdemokrasi. Penyelenggaraan demokrasi di tanah air sering kali dicederai dg kekerasan berdarah dan sarat manpulasi. Emplementasi demokrasi kita bersifat basa basi, hanya proses verbal, tanpa substansi. Sehingga demokrasi kita gagal mewujudkan hakekat keadilan, keadaban dan martabat bernegara. Demokrasi kita gagal melindungi hak ekonomi, dan hak politik kaum pribumi. Praktek demokrasi kita seperti kaca retak, melindungi pemilik modal dan kuli asing, tetapi menindas kaum pribumi atau rakyat sendiri.

Ummat Islam sebagai warga bangsa mayoritas seringkali diperlakukan secara tidak adil. Terstigmatisasi dg berbagai merek dan tuduhan negatif, seakan di negeri ini tanpa hak bagi umat islam. Pengalaman buruk yang diperlihatkan oleh rezim kepada kita, membubarkan ormas islam, pemimpinnya difitnah lalu dipenjarakan, pendukungnya dibunuh secara biadab oleh alat negara. Para activis, kaum intelectual yang menyuarakan suara kebenaran, meluruskan kiblat bernegara juga harus dipenjarakan dg berbagai alasan tanpa logika dan logos.

Para penyelenggara negara gagal memperlihatkan cermin etik sebagai negarawan dan aristockrat ulung. Tetapi justru mereka berperan menjadi juru bicara dan mengawal kepentingan Presiden dan oligarci.

NEGARA dan perangkat sistemnya diperalat oleh pemilik modal, investor, kekuatan oligarcy menghegemoni dan menginvasi. Di mana arti kemerdekaan dan kedaulatan bernegara ?

FORMULASI Pertanyaan dari Permasalahan itu sejatinya menantang dan menguji nyali activis HMI. Seberapa jauh kesanggupan dan geniustias kader HMI mengarticulasi tanggung jawab dan tugas sebagai ulul albab, cendekiawan, intelegencia yang resah, terganggu lalu terpanggil untuk menjawab dengan berbagai aksi. Jika anda tidak merasa terpanggil maka anda bukan termasuk kaum ulul albab, kaum intelegensia yang miskin kepekaan terhadap masalah bangsa. Kalaupun anda tahu, tapi tidak mengambil peran, karena merasa terganggu kepentinganmu, sesungguhnya anda telah melakukan tindakan kesalahan yang merugikan banyak fihak. Menurut Jullian Benda, tindakan anda termasuk atau tergolong sebagai bentuk pengkhianatan intelectual.

Sebagai seorang kader HMI dan intelegencia muslim, bila anda abai, membiarkan, lalu tak peduli terhadap masalah yang menimpa beban penderiataan umat, anda tergolong sebagai orang munafik. Andaikata anda mengabaikan tugas untuk memperjuangkan hak hak politik ekononi warga bangsa yang ditindas oleh kekuasaan.

REKOMENDASI, agar HMI lebih focus pada pengorganisasian konstruksi gerakan perkaderan, maka saya usul bidang PA dikembalikan dg nama Bidang KADER. Sebab nama KADER lebih punya kharisma dan geregat mewujudkan aksioma IDENTITAS DAN KUALITAS KADER. Sedangkan PA terlalu umum, mengurus anggota. Sementars arus utama HMI adalah organisasi kaderisasi.

DARI ARENA Simpocium dan Lokakarya Perkaderan HMI Tingkat Nasional.

DEGRADASI kualitas kader HMI seiring dengan pergeseran orientasi peran dan fungsi penyelenggara organisasi, yang lebih cenderung pada pragmatisme kekuasaan dari pada komitment pembentukan karakter, identity dan integritas kader. BEGITUPULA Pudarnya peran ideologis dan sikap kritis HMI sebagai kelompok intelectual, turut mendorong rezim yang berkuasa semakin otoriter, sekaligus memperlemah daya kontrol rakyat pada prilaku rezim yang berekuasa.

Karena itu perlu dipertegas, bahwa HMI adalah organisasi kader, bukan jembatan loncatan bagi kumpulan kaum oportunis yang mencari kehidupan.

MHR. Shikka Songge.
Peneliti CIDES.
Instructur Nasional Sekolah Kader HMI.

 

Pos terkait