KABARTIGA.ID, Bintan – AirNav Indonesia cabang Tanjungpinang menanam 1.000 bibit pohon nangka di Desa Kuala Sempang, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) pada Selasa (3/9/2024).
Penanaman ini dilakukan jajaran AirNav Indonesia cabang Tanjungpinang bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Bintan dan sejumlah FKPD Kabupaten Bintan seperti Kapolres Bintan, Danlanal Bintan, Dansatrad 213 Tanjungpinang, Danramil serta kelompok masyarakat di wilayah setempat secara simbolis.
General Manager AirNav Indonesia cabang Tanjungpinang, Agung Dwi Hanggoro mengatakan bahwa penanaman ini dilakukan sebagai bagian dari upaya konkret untuk mengurangi dampak emisi karbon dan memperkuat komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Menurut Dwi, emisi karbon telah menjadi salah satu faktor utama yang mempercepat perubahan iklim di seluruh dunia. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia dan kestabilan ekonomi global.
Tak hanya itu, perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer telah memicu berbagai bencana alam, termasuk peningkatan suhu global, mencairnya es di kutub, serta peningkatan frekuensi dan intensitas badai dan banjir.
“Kualitas udara yang memburuk akibat tingginya emisi karbon juga dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan pernapasan hingga penyakit kardiovaskular,” kata Dwi.
Menurut laporan terbaru dari Global Carbon Budget, emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil telah mencapai rekor tertinggi sebesar 36,8 miliar ton CO2 per tahun. Dari jumlah tersebut, Indonesia berkontribusi sebesar 19,9 persen terhadap total emisi karbon dunia, menempatkannya sebagai salah satu negara penghasil emisi terbesar.
Sektor penerbangan, meskipun hanya menyumbang sekitar 2,5 persen dari emisi karbon global, tetap menjadi sektor yang signifikan karena sifatnya yang tidak terhindarkan dalam ekonomi global yang semakin terhubung.
“Emisi karbon yang dihasilkan oleh pesawat terbang, terutama dalam penerbangan jarak jauh, menambah beban lingkungan yang harus ditanggung oleh planet kita,” imbuhnya.
Dalam konteks ini, sektor penerbangan memegang peran penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Penerbangan, sebagai salah satu pendorong utama globalisasi ekonomi, memiliki konsekuensi lingkungan yang signifikan.
Sebagai ilustrasi, sebuah pesawat yang mengudara selama lebih dari 24 jam dapat menghasilkan lebih dari 48 ton CO2, sebuah angka yang cukup besar untuk memberikan dampak buruk pada atmosfer. Emisi ini, yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar avtur, menambah jumlah gas rumah kaca di atmosfer, mempercepat pemanasan global, dan mengancam ekosistem di seluruh dunia.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa navigasi penerbangan, lanjut Dwi, AirNav Indonesia tidak bisa lepas dari tanggung jawab moral atas dampak yang ditimbulkan oleh emisi karbon dari pesawat terbang. Dengan fokus utama pada pelayanan jasa navigasi lalu lintas penerbangan, AirNav Indonesia sangat bergantung pada banyaknya pesawat yang melintas di wilayah udara Indonesia.
“Semakin banyak pesawat yang terbang, semakin besar pula pendapatan perusahaan ini. Namun, peningkatan frekuensi penerbangan ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan emisi karbon, yang mencemari udara dan mengancam kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Dalam upaya menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan, AirNav Indonesia mengambil langkah nyata dengan meluncurkan Program Tanam Pohon Bersama.
Dikatakan Dwi, program ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh pesawat-pesawat yang melintas di wilayah udara Indonesia, tetapi juga merupakan bagian dari tanggung jawab lingkungan AirNav Indonesia dalam mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Program ini merupakan bagian integral dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Tahun 2024, sekaligus memperingati 12 tahun berdirinya AirNav Indonesia,” tuturnya.
Sebagai bagian dari upaya konkret untuk mengurangi dampak emisi karbon dan memperkuat komitmen terhadap kelestarian lingkungan, AirNav Indonesia menargetkan penanaman 12.000 bibit pohon nangka secara serentak di 12 provinsi di seluruh Indonesia.
Salah satu lokasi penanaman adalah Desa Kuala Sempang di Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dengan memanfaatkan potensi alam yang dimiliki, Desa Kuala Sempang diharapkan bisa menjadi model pengembangan ekowisata yang berbasis pada pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.
“Diharapkan bibit-bibit pohon yang ditanam akan tumbuh subur, menjadi bagian dari ekosistem yang lebih hijau dan berkelanjutan, serta mendorong potensi ekonomi lokal, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki potensi ekowisata seperti Desa Kuala Sempang,” tambahnya.
Pemilihan pohon nangka sebagai spesies yang ditanam dalam program ini bukanlah tanpa pertimbangan matang. Pohon nangka memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap CO2 dari atmosfer, dengan satu pohon nangka mampu menyerap hingga 126,51 kg CO2 per tahun.
Selain itu, pohon yang dapat tumbuh hingga setinggi 5 meter ini juga berkontribusi dalam produksi oksigen, diperkirakan mampu menghasilkan 59 kg oksigen per tahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen sekitar 50 orang setiap harinya.
Tak hanya manfaat lingkungan, pohon nangka juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, terutama bagi masyarakat setempat. Buah nangka yang dihasilkan dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yang bernilai ekonomis, seperti keripik nangka, dodol, dan bahan baku industri makanan lainnya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
AirNav Indonesia menyadari bahwa keberhasilan program lingkungan tidak hanya diukur dari seberapa banyak bibit yang ditanam, tetapi juga dari seberapa besar dampak positif yang dihasilkan dalam jangka panjang. Dengan menanam 12.000 pohon nangka secara serentak di 12 provinsi, AirNav Indonesia berharap menciptakan ekosistem hijau yang dapat bertahan lama dan terus berkembang seiring waktu.
Melalui program ini, AirNav Indonesia tidak hanya memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungannya, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Diharapkan bahwa manfaat dari program ini dapat dirasakan secara luas, baik dalam hal peningkatan kualitas lingkungan, penciptaan lapangan kerja, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif, AirNav Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kuala Sempang, Muhammad Hatta menyatakan dukungannya terhadap program ini. Ia berharap kepercayaan yang diberikan oleh AirNav Indonesia kepada desa mereka melalui Gabungan Kelompok Tani Desa (GAPOKTAN) dapat dimaksimalkan untuk manfaat alam dan pemberdayaan masyarakat.
Menurutnya, satu pohon nangka dapat menghasilkan oksigen setara dengan kebutuhan 50 orang dan menekan angka karbon dioksida. Selain itu, program jangka panjang ini juga diharapkan mampu mendorong pengembangan produk UMKM unggulan yang dapat meningkatkan lapangan kerja dan sumber penghasilan baru bagi masyarakat desa.
“Keberlanjutan program ini bukan sekadar pelaksanaan satu kali, tetapi mencerminkan komitmen jangka panjang AirNav Indonesia dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” pungkasnya.
Penulis/Editor: Albet