KABARTIGA.ID, Jakarta – Ach. Farhan, seorang hafiz muda berusia 19 tahun asal Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Farhan meraih juara 3 dalam ajang Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) Internasional King Abdul Aziz ke-44 yang berlangsung di Makkah, Arab Saudi, pada 9-21 Agustus 2024. Ia sukses menempati posisi ketiga pada cabang Tahfidz 15 juz, mengalahkan peserta dari 174 negara lainnya.
“Alhamdulillah, ini merupakan sebuah kebanggaan dan amanah besar bagi saya saat mewakili Indonesia di Arab Saudi. Berkat doa dan dukungan dari orang tua, guru, dan masyarakat Indonesia, kami berhasil meraih juara 3, alhamdulillah,” ujar Farhan saat ditemui di Jakarta, Jumat (23/8/2024).
Perjalanan Panjang Menuju Kesuksesan
Farhan, yang kini merupakan mahasiswa semester 3 di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuanyar, mengakui bahwa perjalanannya menuju prestasi ini tidaklah mudah.
Ia sadar bahwa tanggung jawabnya besar, tidak hanya membawa nama almamaternya, tetapi juga Indonesia. Namun, dengan tetap istiqamah bersama Al-Qur’an, Farhan optimis mencapai hasil terbaik. Sejak awal, ia telah menunjukkan konsistensi luar biasa, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional.
“Kami mengikuti proses MHQ Internasional ini kurang lebih selama 4 tahun, dimulai sejak tahun 2020, melalui berbagai tahap dari tingkat kecamatan hingga nasional,” jelasnya.
Pada ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits Nasional (STQHN) 2023 di Jambi, Farhan meraih juara 1 pada cabang 20 juz putra, yang kemudian menjadi tiket emasnya untuk berlaga di MHQ Internasional di Arab Saudi.
“Meskipun perjalanan ini penuh tantangan, saya selalu berusaha untuk tetap semangat. Alhamdulillah, di Jambi 2023 saya berhasil meraih juara 1 kategori 20 juz, yang membawa saya ke MHQ Internasional King Abdul Aziz ke-44,” kata pemuda yang lahir pada Desember 2005 ini.
Baca juga: Ingat, Kemenag Batasi Seremonial Pelepasan Jemaah Haji Tidak Lebih dari 30 Menit
Menghafal Al-Qur’an: Perjalanan Spiritual
Bagi Farhan, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar kompetisi, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual untuk memperbaiki diri dan bekal di akhirat. Anak ketiga dari empat bersaudara ini memulai perjalanan hafalannya sejak kelas 2 SMP.
“Saya mulai menghafal saat kelas 2 SMP, melakukannya di madrasah dan rumah karena belum mondok. Saya menyetorkan hafalan kepada kiai di rumah. Alhamdulillah, dari kelas 2 sampai kelas 3 SMP, saya berhasil menghafal 10 juz,” ceritanya.
Keputusan Farhan untuk melanjutkan hafalan di Pondok Pesantren Darul Ulum Banyu Anyar Pamekasan berbuah hasil gemilang. Dalam dua tahun, ia berhasil menghafal 30 juz Al-Quran.
“Alhamdulillah, dalam dua tahun di pesantren, saya bisa menyelesaikan hafalan 30 juz. Prosesnya dari mulai menghafal hingga selesai memakan waktu empat tahun, dua tahun di SMP, dan dua tahun di pondok,” jelasnya.
Harapan dan Apresiasi
Farhan bersyukur atas kesempatan berharga ini, termasuk bertemu guru-guru profesional dan mendapatkan ilmu baru. Ia berharap prestasinya di MHQ Internasional ini menjadi pembuka jalan bagi prestasi-prestasi berikutnya di masa depan.
“Prestasi di Arab Saudi ini adalah awal saya di tingkat internasional. Saya berharap ini menjadi pembuka jalan bagi prestasi-prestasi berikutnya di tingkat internasional. Mudah-mudahan saya bisa dikirim lagi dan meraih juara pertama,” pungkasnya.
Atas prestasi internasional yang diraih Farhan, Kementerian Agama (Kemenag) RI memberikan apresiasi berupa uang pembinaan sebesar Rp20 juta. Apresiasi ini diharapkan menjadi stimulus dan pemacu semangat bagi Farhan untuk terus menjaga hafalan Al-Qur’annya.
“Kementerian Agama memberikan apresiasi tambahan untuk Farhan yang meraih juara 3 internasional,” kata Direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Ahmad Zayadi saat menyerahkan apresiasi secara simbolis kepada Farhan di kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2024).
“Kami memberikan sekitar Rp20 juta sebagai bentuk apresiasi agar menjadi stimulus dan memacu semangat. Jika kali ini Farhan juara 3 tingkat internasional 15 juz, ke depan masih ada kesempatan untuk ikut di 20 juz atau 30 juz,” sambungnya.
Zayadi menambahkan bahwa apresiasi dari Kemenag ini juga merupakan bagian dari upaya pemberdayaan juara-juara MTQ tingkat nasional untuk mengikuti event-event lebih tinggi, seperti di tingkat internasional.
Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan dapat memberdayakan para juara ini dalam kegiatan keagamaan di provinsi, kabupaten, atau kota.
“Kami juga mengusulkan agar mereka dapat menjadi pengelola masjid-masjid di kementerian dan lembaga, karena dengan dikelola oleh para juara MHQ, kapasitas dan profesionalitas masjid tersebut akan lebih baik. Saya yakin para alumni MHQ ini memiliki pemahaman keagamaan yang baik dan moderat,” tutup Zayadi.
Penulis/Editor: Albet