KABARTIGA.ID, Tanjungpinang – Kota Tanjungpinang memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama dari sektor kelautan dan pertambangan. Namun, sejauh ini, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu pendekatan strategis yang dapat ditempuh untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah adalah melalui hilirisasi industri.
Hilirisasi merupakan proses mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Strategi ini telah terbukti efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan nilai ekspor, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan industri nasional. Dalam konteks Tanjungpinang, hilirisasi dapat menjadi titik balik transformasi ekonomi yang selama ini bergantung pada ekspor komoditas mentah.
Urgensi Hilirisasi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau, sektor industri pengolahan menyumbang sekitar 23,4 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi pada tahun 2022. Namun, kontribusi dari wilayah Tanjungpinang relatif kecil karena terbatasnya fasilitas pengolahan dan rendahnya investasi industri berbasis sumber daya lokal.
Komoditas unggulan seperti hasil laut dan bauksit selama ini diekspor dalam bentuk mentah. Padahal, jika diolah lebih lanjut, potensi nilai tambahnya sangat besar. Pengalaman Batam, misalnya, menunjukkan bahwa hilirisasi timah dan bauksit berhasil mendorong peningkatan ekspor produk olahan serta memperluas lapangan kerja. Model serupa sangat relevan diterapkan di Tanjungpinang.
Tantangan dan Peluang
Mengembangkan hilirisasi tentu bukan perkara mudah. Tanjungpinang masih menghadapi sejumlah tantangan struktural, mulai dari keterbatasan infrastruktur, keterampilan tenaga kerja yang belum memadai, hingga rendahnya insentif bagi investor. Laporan Kementerian Perindustrian tahun 2023 mencatat bahwa infrastruktur distribusi di wilayah ini masih belum mendukung pengembangan industri secara optimal.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang yang perlu segera direspons. Pemerintah pusat dan daerah telah mulai mengarahkan perhatian pada pengembangan kawasan industri dan pelabuhan yang terintegrasi. Selain itu, skema insentif fiskal bagi pelaku industri pengolahan juga tengah dipersiapkan untuk mendorong investasi di luar Pulau Jawa.
Sebagai Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Tanjungpinang (IMTA) Pekanbaru Periode 2021–2022, saya memandang bahwa hilirisasi bukan hanya soal pembangunan ekonomi semata, melainkan perjuangan jangka panjang untuk mewujudkan kemandirian daerah. Sebagai aktivis putra daerah yang tumbuh dengan pengalaman dan pengamatan langsung terhadap dinamika pembangunan, saya melihat pentingnya keterlibatan generasi muda dalam mendorong transformasi industri. Peran pemuda dan mahasiswa tidak berhenti pada ruang kampus, tetapi harus ikut terlibat dalam merumuskan arah kebijakan yang berdampak bagi masyarakat luas. Ini bukan semata agenda industrialisasi, tetapi investasi jangka panjang bagi kedaulatan ekonomi lokal.
Potensi Sektor Prioritas
Sektor perikanan dan pertambangan menjadi dua pilar utama dalam strategi hilirisasi Tanjungpinang. Ekspor produk olahan perikanan nasional mencapai 4,2 miliar dolar AS pada 2022, dengan kontribusi wilayah Kepri sekitar 15 persen. Tanjungpinang berpotensi menjadi sentra produksi makanan laut olahan, seperti ikan beku, abon, hingga makanan kaleng.
Sementara itu, potensi bauksit sebagai komoditas unggulan belum digarap maksimal. Kepri menyumbang sekitar 35 persen dari total produksi bauksit nasional, tetapi sebagian besar masih dikirim keluar dalam bentuk mentah. Pengolahan bauksit menjadi alumina atau produk turunan lainnya tidak hanya akan menambah nilai ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di rantai industri global, khususnya dalam sektor manufaktur dan logam ringan.
Arah Kebijakan
Ada tiga langkah strategis yang perlu ditempuh untuk mewujudkan hilirisasi di Tanjungpinang. Pertama, pembangunan infrastruktur dasar seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri perlu dipercepat. Kementerian Perhubungan menegaskan pentingnya akses logistik yang efisien dalam mendukung kelancaran ekspor dan mobilitas barang.
Kedua, pelatihan dan pendidikan vokasi harus disesuaikan dengan kebutuhan industri masa depan. Sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan dunia usaha menjadi kunci. Ketiga, iklim investasi harus ditingkatkan dengan menawarkan insentif fiskal, kemudahan perizinan, dan jaminan kepastian hukum bagi investor lokal maupun asing.
Hilirisasi Wacana atau Keniscayaan
Tanjungpinang memiliki semua modal dasar untuk mengambil bagian dalam peta industri nasional. Asal didukung kebijakan yang tepat, komitmen pemangku kepentingan, dan kesiapan masyarakat. Dengan mengubah tantangan menjadi peluang, Tanjungpinang dapat menjelma sebagai kota industri yang maju, mandiri, dan inklusif.