KABARTIGA.ID, Bogor – Generasi Emas Indonesia (GESID) menggelar Rapat Koordinasi Bidang (Rakorbid) Nasional 3-4 Juli 2025 di Sky Valley, Puncak, Bogor, sebagai upaya meneguhkan arah perjuangan organisasi dalam membangun desa sebagai fondasi Indonesia yang berdaulat dan maju menuju 2045.
Hadir dalam Rakorbid jajaran pengurus pusat, perwakilan wilayah, tokoh strategis lintas sektor, hingga perwakilan pemerintah daerah. Mereka berkumpul membawa satu keyakinan. Masa depan Indonesia tidak bisa dibangun tanpa desa yang kuat, mandiri, dan sejahtera.
Presidium Eksekutif GESID, Viviana Hanifa, dalam sambutannya menyampaikan pesan yang menggugah semangat peserta:
“GESID lahir bukan dari ruang seminar, tapi dari nurani yang gelisah melihat jutaan rakyat kita tertinggal. Kita bergerak karena cinta. Dan cinta itu harus punya bentuk. Lewat keberdayaan ekonomi, pendidikan, dan perlindungan karya rakyat kecil,” ujar Viviana.
Ia menegaskan bahwa GESID tidak ingin menjadi organisasi yang hanya sibuk dengan retorika, tetapi hadir nyata memberi dampak di tengah masyarakat.
“Organisasi besar bukan yang banyak bicara, tapi yang banyak bekerja dan berdampak,” tegasnya.
Potret Ketimpangan dan Tantangan Desa
Dalam sesi refleksi dan pemaparan kebijakan, Prof. Rokhmin Dahuri, pakar pembangunan kelautan dan perdesaan, menggarisbawahi bahwa pertumbuhan ekonomi nasional belum mencerminkan potensi maksimal Indonesia.
“Pertumbuhan kita masih stagnan di angka 5 persen, padahal potensi riil bisa mencapai 10 persen jika desa dan industri diperkuat,” katanya.
Ia menyoroti ketimpangan pembangunan, sentralisasi ekonomi di Pulau Jawa, serta rendahnya kontribusi sektor produktif yang memperkuat jebakan negara berpendapatan menengah. Data BPS mencatat lebih dari 25 juta penduduk miskin pada 2025, dan menurut standar Bank Dunia, jumlah itu bisa jauh lebih besar. Indonesia bahkan menempati peringkat ketiga tertinggi dunia dalam kesenjangan ekonomi.
Di sektor perumahan dan pendidikan, tantangan tak kalah besar: lebih dari 60 persen rumah di perdesaan masih tidak layak huni, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih tertahan di angka 0,7—belum menyentuh kategori negara maju.
Pemerintah Daerah Ambil Bagian
Salah satu yang turut memberikan kontribusi dalam forum ini adalah Pemerintah Kabupaten Solok. Wakil Bupati Candra, yang hadir mewakili Bupati, menyampaikan paparan terkait potensi Solok sebagai destinasi kelas dunia.
“Kami berkomitmen membangun Solok secara merata dan berkelanjutan agar seluruh masyarakat bisa merasakan manfaatnya,” ujar Candra.
Ia juga menyoroti proyek-proyek strategis seperti pembangunan Fly Over Sitinjau Lawik yang akan memperluas aksesibilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis pariwisata.
“Solok punya potensi besar. Dengan perbaikan infrastruktur dan konektivitas, kami ingin menjadikan daerah kami magnet investasi dan kunjungan,” tambahnya.
Gerakan Kolaboratif, Bukan Sekadar Organisasi
Rakorbid GESID menghasilkan komitmen untuk memperkuat langkah kolaboratif lintas sektor berbasis pendekatan Penta Helix: menggabungkan kekuatan pemerintah, industri, akademisi, komunitas, dan media.
Langkah ini menjadi strategi jangka panjang dalam membangun desa yang tidak hanya hidup, tapi juga tumbuh dan menyumbang kontribusi nyata bagi kedaulatan bangsa. GESID juga menegaskan kesiapannya membentuk jaringan penggerak hingga ke pelosok, sebagai bagian dari konsolidasi struktur wilayah untuk memperkuat gerakan dari bawah.
Lihatlah Desanya, Maka Kamu Akan Tahu Seperti Apa Sebuah Negara
Dengan mengangkat tema “Bergerak Bersama, Tumbuh Bersama: Kolaborasi Antarbidang Untuk Desa Sejahtera”. Rakorbid ini menjadi ruang reflektif sekaligus afirmatif bahwa wajah Indonesia 2045 ditentukan oleh kondisi desa hari ini.
“Desa adalah harapan sebuah negara. Kalau ingin melihat masa depan Indonesia, lihatlah desanya hari ini,” ucap Viviana dengan suara bergetar.
“Kita rebut kembali masa depan, bukan untuk kita sendiri, tapi untuk anak-anak yang hari ini masih belajar di rumah beratap seng. GESID akan terus ada, karena rakyat masih menunggu kita.”